Nasib Google Chrome, peramban terpopuler dunia, tengah menjadi perbincangan hangat. Kasus monopoli yang menjerat Google berpotensi memaksa perusahaan tersebut untuk melepaskan Chrome. Langkah ini memicu persaingan sengit di antara sejumlah perusahaan teknologi besar yang berlomba-lomba untuk mengakuisisi browser tersebut.
Sejumlah perusahaan teknologi ternama telah secara terbuka menyatakan ketertarikan mereka untuk mengambil alih Chrome. Perkembangan ini menandakan babak baru yang menarik dalam persaingan industri teknologi global.
Perusahaan Teknologi Berebut Google Chrome
OpenAI, pengembang ChatGPT, menjadi perusahaan pertama yang menyatakan minatnya untuk mengakuisisi Google Chrome. Langkah ini mengejutkan banyak pihak dan menunjukkan ambisi OpenAI untuk memperluas pengaruhnya di dunia teknologi.
Tidak hanya OpenAI, Perplexity AI dan Yahoo juga turut bergabung dalam persaingan ini. Ketiga perusahaan tersebut telah secara resmi menyatakan ketertarikan mereka untuk membeli Chrome jika Google diwajibkan untuk menjualnya.
Pernyataan ini disampaikan oleh para eksekutif perusahaan masing-masing dalam sidang anti-monopoli yang sedang berlangsung. Sidang ini bertujuan untuk menyelidiki dugaan praktik monopoli yang dilakukan Google di pasar pencarian online.
Perplexity AI: Antara Kesempatan dan Kekhawatiran
Dmitry Shevelenko, Chief Business Officer Perplexity AI, menjelaskan kesiapan perusahaannya untuk mengambil alih Chrome. Namun, ia juga mengungkapkan kekhawatirannya.
Shevelenko menekankan preferensinya agar Chrome tetap berada di bawah kendali Google. Hal ini didasarkan pada kekhawatiran akan potensi perubahan pada model open source Chromium atau penurunan kualitas layanan jika Chrome berada di bawah kepemilikan perusahaan lain.
Ia khawatir perubahan tersebut dapat menghambat inovasi dan kemampuan Google untuk terus berinovasi. Perplexity AI menganggap Google telah membangun produk-produk berkualitas yang bermanfaat bagi banyak pihak.
Tantangan Persaingan dengan Google
Shevelenko juga memaparkan tantangan yang dihadapi Perplexity AI dalam bersaing dengan Google, terutama di ekosistem Android. Ia menggambarkan proses mengganti Google Assistant dengan Perplexity di Android sebagai sesuatu yang sangat rumit.
Meskipun berhasil menjadi alternatif, Perplexity Assistant tetap tidak sekuat Google Assistant karena membutuhkan interaksi tombol, bukan perintah suara. Hal ini menjadi kendala signifikan dalam persaingan.
Tekanan dari Google kepada produsen ponsel juga menjadi kendala. Banyak produsen enggan bekerja sama dengan Perplexity karena takut kehilangan pendapatan dari kerja sama mereka dengan Google.
Yahoo: Ambisi Membangun Kembali Kekuasaan di Pencarian
Yahoo, melalui General Manager Yahoo Search Brian Provost, juga menyatakan minatnya untuk mengakuisisi Chrome. Provost menyebut Chrome sebagai aset strategis yang sangat penting di dunia web.
Yahoo, yang saat ini tengah berupaya membangun kembali bisnis pencariannya setelah diakuisisi oleh Apollo Global Management pada tahun 2021, memperkirakan nilai akuisisi Chrome akan mencapai puluhan miliar dolar AS.
Akuisisi Chrome akan menjadi langkah signifikan bagi Yahoo dalam upaya untuk kembali bersaing di pasar pencarian online yang didominasi Google. Hal ini menandai ambisi besar Yahoo untuk mendapatkan kembali pangsa pasar yang telah lama hilang.
Persaingan untuk mengakuisisi Google Chrome ini menunjukkan betapa pentingnya peran browser tersebut dalam ekosistem digital saat ini. Hasil dari kasus anti-monopoli ini akan sangat berpengaruh terhadap lanskap industri teknologi di masa mendatang. Baik Google, OpenAI, Perplexity, maupun Yahoo, masing-masing memiliki strategi dan tujuannya sendiri dalam persaingan yang menegangkan ini. Ke depannya, kita dapat mengharapkan perkembangan lebih lanjut yang akan semakin membentuk peta persaingan industri teknologi global.
