Kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menimbulkan kekhawatiran global. Penerapan tarif ini memicu reaksi beragam dari negara-negara mitra AS dan berpotensi memicu perang dagang yang meluas.
Dampaknya terasa hingga ke pasar domestik berbagai negara, termasuk Indonesia. Ketidakpastian ekonomi global akibat kebijakan ini telah mengguncang pasar keuangan dan investasi.
Dampak Tarif Trump terhadap Ekonomi Global
Arsjad Rasjid, Ketua Dewan Pengawas Indonesia Business Council (IBC) dan mantan Ketua Kadin Indonesia, menilai kebijakan tarif Trump telah mengubah tatanan dunia. Respons balasan dari China semakin memperkeruh situasi.
Ketidakpastian ini membuat banyak negara kebingungan, termasuk negara-negara tetangga AS seperti Kanada. Eropa juga turut merasakan dampak negatif dari kebijakan ini.
Rasjid melihat strategi Trump ini sebagai upaya untuk meraih keuntungan bisnis. Namun, dampaknya telah terasa nyata, terlihat dari fluktuasi nilai tukar dolar AS terhadap rupiah dan IHSG.
Gejolak Pasar dan Peluang bagi Indonesia
Pasar mengalami gejolak signifikan akibat kebijakan tarif tersebut. Nilai tukar rupiah melemah, IHSG pun terpengaruh, dan harga emas melonjak tajam.
Investor panik dan mencari instrumen investasi yang dianggap lebih aman. Kondisi ini berpotensi membuat perputaran uang melambat dan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi global.
Namun, di tengah gejolak ini, ada peluang besar bagi Indonesia. Dunia sedang mencari lokasi baru untuk rantai pasok global, dan Indonesia berpotensi mengisi kekosongan tersebut.
Keunggulan Komparatif Indonesia
Indonesia memiliki keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat mendukung peran sebagai pusat rantai pasok. Hal ini berbeda dengan negara lain, seperti Vietnam yang unggul dalam manufaktur.
Indonesia juga memiliki pasar domestik yang besar, mengurangi ketergantungan pada pasar ekspor. Hanya 25% produk Indonesia diekspor, sisanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Ketergantungan domestik yang tinggi inilah yang menyelamatkan Indonesia dari dampak krisis ekonomi 1998 dan 2008. Hal ini menjadi faktor penting yang perlu dipertimbangkan.
Menjaga Optimisme dan Memaksimalkan Potensi
Di tengah ketidakpastian, penting untuk tetap optimis dan fokus pada kekuatan Indonesia. Jangan hanya terpaku pada dampak negatif perang tarif, tetapi juga melihat peluang yang ada.
Meskipun Trump sebelumnya menetapkan tarif resiprokal untuk Indonesia sebesar 32%, angka ini masih lebih rendah dibandingkan beberapa negara lain seperti Vietnam yang terkena tarif hingga 46%.
Dengan fokus pada potensi domestik dan memanfaatkan peluang dalam pergeseran rantai pasok global, Indonesia dapat meminimalkan dampak negatif dan bahkan meraih keuntungan dari situasi ini. Penting untuk tetap tenang dan memanfaatkan momentum ini dengan bijak.
Indonesia perlu memanfaatkan kekuatan pasar domestiknya yang besar dan sumber daya alam serta manusia yang dimilikinya untuk menjadi pemain penting dalam rantai pasok global yang baru. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat melewati masa ketidakpastian ini dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
