Kisah hidup Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja, penuh lika-liku. Dari seorang anak kepala kasir Bank Indonesia hingga memimpin salah satu bank terbesar di Indonesia, perjalanannya sarat pengalaman menarik, salah satunya adalah sebuah kejadian menegangkan yang tak terlupakan.
Sebelum menjabat sebagai Presiden Komisaris BCA efektif Juni 2025, Jahja pernah mengalami kejadian unik dan sedikit berbahaya. Kejadian ini memberikan pelajaran berharga dalam hidupnya.
Nekat Lompat dari Kereta Api
Sebelum tahun 1998, saat masih menjabat sebagai kepala divisi di BCA, Jahja harus melakukan perjalanan dinas ke Bandung untuk meninjau sebuah pabrik tekstil. Namun, ia salah naik kereta.
Alih-alih menuju Bandung, kereta yang ditumpanginya malah menuju Surabaya. Sadar akan kesalahannya, Jahja mencoba meminta masinis untuk berhenti di Stasiun Jatinegara.
Permintaannya ditolak. Masinis menawarkan solusi lain: menjalankan kereta dengan pelan, agar Jahja bisa melompat di stasiun tersebut. Dengan berani, Jahja melompat dari kereta yang masih melaju pelan.
Beruntung, Jahja selamat dan langsung mencari kereta lain menuju Bandung. Kejadian ini menjadi bukti keuletan dan keberaniannya dalam menghadapi tantangan.
Perjalanan Karier dari Zero to Hero
Kisah sukses Jahja Setiaatmadja jauh dari dongeng pewaris kekayaan. Ayahnya seorang kepala kasir di Bank Indonesia, sementara ibunya seorang ibu rumah tangga.
Kehidupan sederhana keluarga tersebut membentuk disiplin dan kerja keras Jahja. Awalnya, ia bercita-cita menjadi dokter gigi, namun terhalang biaya kuliah.
Ayahnya menyarankan untuk kuliah ekonomi di universitas negeri. Jahja pun kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI).
Selama dua tahun, ia naik bus kota ke kampus. Kemudian, orang tuanya membantunya mencicil sepeda motor Honda CB 100 untuk mempermudah perjalanan.
Semangatnya untuk meraih kesuksesan tak pernah padam. Saat kuliah, ia bekerja paruh waktu di perusahaan akuntan publik Price Waterhouse dengan gaji Rp 60.000 per bulan.
Selain bekerja sebagai akuntan junior, Jahja juga menyewakan kaset video untuk menambah penghasilan. Dari usaha ini, ia bertemu dengan Direktur Kalbe Farma, Rudy Capelle (alm.).
Kesempatan emas pun datang. Kalbe Farma membutuhkan karyawan, dan Jahja diterima sebagai asisten manajer. Ia pun berhenti menyewakan kaset video.
Pada 1982, Jahja menyelesaikan studinya dan meraih gelar sarjana ekonomi. Kariernya di dunia korporasi pun terus menanjak.
Ia menjabat berbagai posisi penting di Kalbe Farma dan Indomobil sebelum akhirnya bergabung dengan BCA pada tahun 1990-an.
Di BCA, ia memulai dari posisi wakil kepala divisi, naik pangkat hingga menjadi Presiden Direktur, dan kini akan menjadi Presiden Komisaris.
Keluarga sebagai Prioritas Utama
Di balik kesuksesannya, Jahja Setiaatmadja selalu memprioritaskan keluarga. Ia merasa sedih karena tak bisa maksimal membahagiakan orang tuanya.
Ibunya meninggal pada 1983, sebelum ia menikah, sedangkan ayahnya meninggal pada 1995.
Kini, ia selalu meluangkan waktu untuk bersama istri dan anak-anaknya. Kisah hidup Jahja merupakan inspirasi bagi siapa saja yang ingin meraih kesuksesan melalui kerja keras dan ketekunan.
Dari pengalamannya, terlihat jelas bahwa kerja keras, keuletan, dan kesempatan yang dimanfaatkan dengan baik dapat membawa seseorang pada puncak kesuksesan, meski dimulai dari titik nol.
