Aplikasi belanja online asal China, Temu dan Shein, sempat dikabarkan akan merambah pasar Indonesia. Aplikasi Temu bahkan sudah muncul di Google Play Store dan Apple App Store.
Namun, pemerintah Indonesia langsung bertindak cepat dan melarang operasional keduanya. Alasannya, model bisnis mereka yang menawarkan barang sangat murah dari China dikhawatirkan merugikan produk lokal.
Strategi Temu dan Shein yang memangkas perantara, menjual langsung dari pabrik ke konsumen, terbukti sukses di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat.
Tantangan Temu dan Shein di Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, Temu dan Shein menghadapi kebijakan proteksionis di bawah pemerintahan Donald Trump. Tarif impor yang tinggi, mencapai 145%, diterapkan pada barang-barang impor dari China.
Selain tarif tinggi, celah hukum bernama *de minimis* yang sebelumnya memungkinkan barang impor bernilai di bawah USD 800 masuk bebas bea, juga akan ditutup.
Penutupan celah *de minimis* ini awalnya direncanakan Februari 2024, tetapi ditunda hingga Mei karena penumpukan paket impor. Hal ini akan membuat harga barang Temu dan Shein di AS meningkat signifikan.
Dampak Penutupan Celah De Minimis
Ekspor China ke AS dalam bentuk paket bernilai rendah melonjak drastis, dari USD 5,3 miliar pada tahun 2018 menjadi USD 66 miliar pada tahun 2023.
Lebih dari setengah paket yang memanfaatkan pengecualian *de minimis* berasal dari China, dan lebih dari 30% di antaranya berasal dari Temu dan Shein.
Penutupan celah ini tak hanya merugikan Temu dan Shein, tetapi juga konsumen AS, khususnya kalangan berpenghasilan rendah, menurut Cato Institute.
Amazon, raksasa e-commerce AS, juga terdampak. Banyak produk Amazon berasal dari China, dan kenaikan harga barang impor berpotensi terjadi.
Strategi Adaptasi Penjual Online di AS
Beberapa pedagang di Amazon berencana meninggalkan platform tersebut. Kenaikan biaya operasional akibat tarif dan kebijakan baru membuat mereka kesulitan bertahan.
Wang Xin, kepala Shenzhen Cross-Border E-Commerce Association, mengungkapkan kesulitan para penjual. Mereka dihadapkan pada pilihan menaikkan harga atau mencari pasar baru.
Situasi ini menggambarkan tantangan yang dihadapi bisnis e-commerce lintas batas di tengah kebijakan proteksionis yang semakin ketat. Para pelaku usaha harus beradaptasi untuk tetap kompetitif.
Pelajaran untuk Indonesia
Pengalaman Temu dan Shein di AS memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia. Strategi bisnis yang agresif dengan harga murah memang menarik, namun perlu diimbangi dengan regulasi yang tepat agar produk lokal tetap mampu bersaing.
Pemerintah perlu mempertimbangkan dampak kebijakan impor terhadap UMKM dan industri dalam negeri. Pendekatan yang seimbang antara mendorong inovasi dan melindungi kepentingan domestik sangat penting.
Keberhasilan Temu dan Shein di pasar global menunjukkan potensi bisnis e-commerce lintas batas, namun juga menyoroti pentingnya strategi yang berkelanjutan dan adaptasi terhadap perubahan kebijakan internasional. Indonesia perlu belajar dari pengalaman ini untuk membangun ekosistem e-commerce yang kuat dan berdaya saing.
