Baidu, raksasa mesin pencari asal China, baru saja meluncurkan dua model AI terbarunya: Ernie X1 dan Ernie 4.5. Kedua model ini menawarkan kemampuan multimoda, mampu memproses beragam jenis data seperti teks, gambar, video, dan audio. Kehadirannya langsung menjadi penantang kuat bagi model AI lainnya, seperti DeepSeek dan OpenAI.
Ernie X1, yang dikategorikan sebagai model AI penalaran, secara khusus dirancang untuk bersaing dengan DeepSeek R1. Baidu mengklaim Ernie X1 mampu memberikan performa setara dengan DeepSeek R1, namun dengan biaya hanya setengahnya. Klaim ini cukup menarik perhatian, mengingat popularitas DeepSeek R1 belakangan ini.
Pernyataan “harga setengahnya” kemungkinan merujuk pada biaya penggunaan model AI per juta token. Biaya ini mencakup input (unggah data) dan output (respons yang dihasilkan). Sebagai gambaran, DeepSeek R1 memiliki biaya input sekitar Rp 8.997 dan biaya output sekitar Rp 35.828 per juta token.
Jika klaim Baidu benar, maka biaya penggunaan Ernie X1 hanya sekitar Rp 4.498 untuk input dan Rp 17.914 untuk output per juta token. Satu juta token sendiri setara dengan sekitar 750.000 kata dalam bahasa Inggris atau sekitar 1.500 halaman dokumen.
Selain Ernie X1, Baidu juga meluncurkan Ernie 4.5, sebuah model AI dasar yang diklaim memiliki kemampuan pemahaman multimoda yang sangat baik. Kemampuan bahasa, pemahaman, pembuatan teks, logika, dan daya ingat Ernie 4.5 juga ditingkatkan secara signifikan. Baidu bahkan menyebut Ernie 4.5 memiliki “EQ tinggi”, yang berarti model ini memiliki pemahaman emosi yang baik dan mampu menangkap konteks percakapan dengan lebih natural.
Keunggulan Ernie 4.5 lainnya adalah kemampuannya memahami meme dan kartun satir. Hal ini menunjukkan kemampuan model untuk menangkap referensi budaya dan humor, yang seringkali menjadi tantangan bagi model AI tradisional. Baidu mengklaim Ernie 4.5 bahkan mengungguli GPT-4.5 OpenAI dalam berbagai tolok ukur, dengan harga hanya 1 persen dari GPT-4.5.
Perilisan Ernie 4.5 menjadi menarik karena OpenAI sendiri baru saja merilis GPT-4.5 pada 27 Februari 2025, yang menawarkan interaksi lebih alami, pemahaman konteks yang lebih baik, dan kecerdasan emosional yang ditingkatkan. GPT-4.5 saat ini menjadi model dasar yang digunakan dalam ChatGPT.
Sebagai langkah lebih lanjut, Baidu mengumumkan rencana untuk membuat chatbot Ernie Bot tersedia secara gratis untuk umum mulai 1 April. Mereka juga berencana untuk merilis Ernie 5 pada akhir tahun ini, dengan peningkatan kemampuan multimoda yang lebih lanjut.
Persaingan di bidang AI semakin ketat dengan munculnya model-model baru yang menawarkan kemampuan dan efisiensi yang lebih baik. Strategi Baidu dalam menawarkan model dengan harga kompetitif dan fitur-fitur canggih akan menjadi faktor kunci dalam menentukan keberhasilannya dalam pasar yang semakin ramai ini. Menarik untuk melihat bagaimana perkembangan selanjutnya dan bagaimana model-model AI ini akan terus berevolusi di masa depan.
Analisis Kompetitif Model AI Baidu
Peluncuran Ernie X1 dan Ernie 4.5 oleh Baidu menandai babak baru dalam persaingan model AI. Dengan mengklaim performa setara atau bahkan lebih baik dengan harga yang jauh lebih murah, Baidu mencoba mengambil posisi dominan di pasar. Strategi ini mengarahkan fokus pada efisiensi biaya, sebuah pendekatan yang mungkin menarik bagi perusahaan dan individu dengan anggaran terbatas.
Namun, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain di luar harga, seperti kualitas output, akurasi, dan keamanan data. Meskipun klaim Baidu mengesankan, uji coba dan evaluasi independen masih diperlukan untuk memverifikasi performanya secara komprehensif. Perbandingan yang objektif dengan DeepSeek R1 dan GPT-4.5 sangat penting sebelum mengambil kesimpulan.
Implikasi Peluncuran Ernie Bot Gratis
Keputusan Baidu untuk membuat Ernie Bot gratis untuk umum merupakan strategi yang berani dan berpotensi mengubah lanskap penggunaan AI. Akses gratis ini dapat meningkatkan adopsi massal dan mengumpulkan data pengguna dalam jumlah besar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan dan performa model di masa mendatang. Strategi ini mirip dengan pendekatan yang diterapkan oleh beberapa perusahaan teknologi besar lainnya.
Namun, akses gratis juga menghadirkan tantangan, seperti potensi penyalahgunaan teknologi dan kebutuhan untuk memastikan keamanan dan privasi data pengguna. Baidu perlu mempertimbangkan dan menerapkan mekanisme yang tepat untuk mengelola potensi risiko tersebut.
