Pebulutangkis Indonesia belum meraih gelar juara tunggal pun di tur Eropa tahun ini. Akankah Swiss Open 2025 menjadi penebus kekecewaan tersebut?
Tanpa Gelar di Tiga Turnamen Eropa
Empat turnamen Eropa telah dilalui Indonesia: German Open, Orleans Masters, All England, dan Swiss Open. Komposisi pemain bervariasi, dengan pemain muda lebih mendominasi di German Open dan Orleans Masters.
All England, sebagai turnamen Super 1000, hanya diikuti atlet-atlet elite dunia. Sayangnya, Indonesia gagal meraih gelar juara di ketiga turnamen tersebut.
Rehan Naufal Kusharjanto/Gloria Emanuelle Widjaja mencapai final di Orleans Masters, namun harus puas menjadi runner-up. Juara bertahan Orleans Masters, Rachel Allessya Rose/Meilysa Trias Puspitasari, tersingkir di babak 16 besar.
Harapan di All England 2025 pupus. Jonatan Christie dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, juara bertahan di sektor masing-masing, tersingkir di babak 16 besar.
Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana mencapai final All England 2025, tetapi juga gagal meraih gelar juara. Indonesia kembali pulang tanpa trofi.
Harapan di Swiss Open 2025
Swiss Open 2025, turnamen level 300, menjadi harapan terakhir Indonesia di Eropa tahun ini. Partisipasi Indonesia di turnamen ini relatif terbatas.
Tunggal putra tidak mengirimkan wakil, sementara tunggal putri hanya diwakili Putri Kusuma Wardani (seeded keempat). Ganda putra menurunkan tiga pasangan: Leo/Bagas, Fikri/Marthin, dan Sabar/Reza.
Leo/Bagas dan Sabar/Reza memiliki tren positif pasca All England. Sabar/Reza mencapai semifinal, sementara Leo/Bagas menjadi runner-up.
Peluang meraih gelar di Swiss Open cukup besar karena beberapa pesaing kuat di All England, seperti pasangan ganda putra Korea Selatan, absen.
Ganda putri Indonesia mengirimkan dua pasangan: Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti dan Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi. Siti Fadia juga berlaga di ganda campuran bersama Dejan Ferdinansyah.
Swiss Open 2025 menjadi panggung bagi para pebulutangkis Indonesia untuk mengakhiri paceklik gelar di Eropa. Semoga mereka dapat menampilkan performa terbaik dan membawa pulang gelar juara.
Partisipasi terbatas di Swiss Open 2025 mencerminkan fokus strategi jangka panjang, mungkin untuk mengoptimalkan persiapan menuju turnamen yang lebih bergengsi di masa mendatang. Kesuksesan di Swiss Open dapat menjadi batu loncatan penting untuk membangun kepercayaan diri dan momentum positif bagi para atlet muda Indonesia.
