Lonceng Budak: Kisah Jam Kerja Zaman Kolonial Belanda

Lonceng Budak: Kisah Jam Kerja Zaman Kolonial Belanda
Lonceng Budak: Kisah Jam Kerja Zaman Kolonial Belanda

Sistem pembagian waktu kerja bagi buruh di Indonesia telah berlangsung sejak masa kolonial Belanda. Bukti nyata keberadaan sistem ini dapat ditemukan di berbagai situs sejarah, salah satunya Tugu Lonceng Cilebut di Kabupaten Bogor.

Kondisi tugu tersebut saat ini memprihatinkan. Bangunan bersejarah ini terabaikan dan hampir runtuh.

Bacaan Lainnya

Tugu Lonceng Cilebut: Saksi Bisu Sistem Kerja Kolonial

Tugu Lonceng Cilebut terletak di dekat Stasiun KRL Cilebut, tepatnya di sebelah proyek perumahan Permata Bogor Residence 2.

Kondisi tugu yang reyot terlihat dari retakan di seluruh bagiannya. Salah satu dari empat pilar penyangganya bahkan telah runtuh.

Meskipun terdapat papan penanda dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor yang menetapkan tugu ini sebagai cagar budaya, loncengnya sendiri sudah hilang.

Lokasi tugu yang berdekatan dengan proyek perumahan membuat area sekitarnya kini dibatasi pagar dan tembok.

Fungsi Tugu Lonceng dan Sistem Kerja Buruh

Menurut pegiat sejarah Bogor, Johnny Pinot, tugu dengan lonceng seperti ini sering ditemukan di sekitar rumah kongsi perkebunan Belanda (landhuis).

Tugu ini dikenal sebagai “slave bell” atau lonceng budak, berfungsi sebagai penanda waktu kerja para buruh.

Lonceng tersebut digunakan untuk memanggil buruh untuk memulai dan mengakhiri kerja, serta memberi tahu waktu istirahat atau penggajian.

Kawasan Perkebunan di Sekitar Tugu

Johnny Pinot menduga kawasan sekitar Tugu Lonceng Cilebut dulunya merupakan perkebunan karet, meski kemungkinan perkebunan teh juga ada.

Perkebunan karet dan teh memang umum ditemukan di wilayah Bogor pada masa kolonial Belanda.

Upaya Pelestarian dan Pengelolaan Cagar Budaya

Kondisi memprihatinkan Tugu Lonceng Cilebut menyoroti pentingnya pelestarian cagar budaya di Indonesia.

Perhatian dan upaya nyata dari pemerintah daerah dan masyarakat sangat diperlukan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Pelestarian situs sejarah seperti ini tidak hanya penting untuk mengingat masa lalu, tetapi juga untuk pendidikan generasi mendatang.

Memelihara situs sejarah seperti Tugu Lonceng Cilebut merupakan tanggung jawab bersama untuk menjaga warisan budaya bangsa.

Semoga langkah-langkah konkrit dapat segera diambil untuk menyelamatkan dan melestarikan Tugu Lonceng Cilebut agar tetap dapat menjadi saksi bisu sejarah.

Harapannya, generasi mendatang dapat belajar dari masa lalu dan menghargai nilai sejarah yang terkandung di dalamnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *