Indonesia tengah menegosiasikan penambahan impor minyak dan LPG dari Amerika Serikat (AS). Namun, kesepakatan belum tercapai, sehingga rencana peningkatan impor tersebut masih tertunda.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menjelaskan bahwa negosiasi terhambat oleh tarif impor yang dikenakan AS kepada Indonesia sebesar 32 persen. Proses negosiasi ini masih berlangsung antara pemerintah Indonesia dan AS.
Negosiasi Impor Minyak dan LPG dari AS Terhambat Tarif
Kesepakatan terkait penambahan impor minyak dan LPG dari AS masih belum menemui titik terang. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia.
Menurutnya, tim negosiasi dari Indonesia dan Amerika Serikat masih berupaya mencapai kesepakatan. Belum adanya kesepakatan tersebut membuat rencana penambahan impor belum bisa dieksekusi.
Saat ini, Indonesia mengimpor LPG dari AS sebesar 59% dari total impor LPG. Sedangkan impor minyak mentah dari AS berkisar 6-7% dari total impor minyak mentah.
Potensi Peningkatan Impor yang Signifikan
Sebelumnya, Menteri Bahlil sempat menyampaikan potensi peningkatan impor yang cukup signifikan. Ia menyebut nilai impor minyak dan LPG dari AS bisa mencapai US$ 10 miliar atau sekitar Rp 168,2 triliun.
Peningkatan impor LPG dari AS diproyeksikan mencapai 80-85% dari total impor LPG Indonesia. Sementara itu, impor minyak mentah dari AS ditargetkan naik hingga sekitar 40%.
Peningkatan impor juga direncanakan untuk Bahan Bakar Minyak (BBM). Namun, persentase pastinya belum diumumkan.
Menunggu Hasil Negosiasi Akhir
Menteri Bahlil menegaskan bahwa penambahan impor baru akan dilakukan setelah kesepakatan negosiasi tercapai. Saat ini, Kementerian ESDM masih menunggu hasil akhir negosiasi.
Ia menyatakan belum bisa memberikan detail volume impor yang direncanakan. Rincian tersebut akan diumumkan setelah pembahasan teknis dengan tim teknis dan Pertamina selesai.
Bahlil menekankan bahwa angka 80-85% untuk LPG dan 40% untuk minyak mentah masih bersifat proyeksi dan akan disesuaikan setelah negosiasi tuntas. Ia juga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki opsi lain jika negosiasi dengan AS tidak membuahkan hasil.
Keberhasilan negosiasi ini akan berdampak signifikan terhadap pasokan energi di Indonesia. Hasil akhir negosiasi yang diharapkan akan segera terwujud dan memberikan kepastian terkait rencana impor minyak dan LPG dari AS.
