Airlangga: Pasar Happy, Perang Dagang AS-China Reda?

Airlangga: Pasar Happy, Perang Dagang AS-China Reda?
Airlangga: Pasar Happy, Perang Dagang AS-China Reda?

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menunjukkan tanda-tanda mereda. Kedua negara sepakat untuk sementara memangkas tarif impor tinggi yang telah diberlakukan selama beberapa waktu.

Langkah ini disambut positif oleh pasar global, termasuk Indonesia. Namun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengingatkan bahwa penurunan tarif ini bersifat sementara, hanya berlaku selama 90 hari.

Bacaan Lainnya

Dampak Positif yang Sementara

Meredanya tensi perang dagang AS-China memberikan dampak positif di pasar. Reaksi pasar menunjukkan optimisme terhadap penurunan tarif impor.

Namun, Airlangga menekankan pentingnya untuk tidak terburu-buru mengambil kesimpulan. Kondisi ketidakpastian masih tinggi karena kesepakatan penurunan tarif hanya berlaku sementara.

Pemerintah Indonesia perlu tetap waspada dan terus memantau perkembangan situasi. Ketidakpastian ekonomi global masih menjadi tantangan yang perlu dihadapi.

Detail Kesepakatan Penurunan Tarif

AS dan China mencapai kesepakatan untuk memangkas tarif impor selama 90 hari. Pertemuan di Jenewa, Swiss menjadi tempat tercapainya kesepakatan ini.

Tarif impor produk AS ke China diturunkan menjadi 10%, dari sebelumnya 125%. Sementara itu, tarif impor barang-barang dari China ke AS turun menjadi 30%, dari sebelumnya 145%.

Penurunan tarif ini diharapkan dapat mengurangi ketegangan perdagangan antara kedua negara. Namun, masa berlaku yang hanya 90 hari tetap menimbulkan ketidakpastian.

Fokus Indonesia pada Negosiasi Bilateral

Beberapa negara telah menyelesaikan negosiasi tarif dengan AS. Indonesia, di sisi lain, masih fokus pada proses negosiasi bilateral.

AS sebelumnya memberlakukan tarif hingga 32% untuk barang-barang impor dari Indonesia. Tarif tersebut sementara diturunkan menjadi 10% selama 3 bulan sejak April.

Indonesia akan memanfaatkan periode 90 hari ini untuk bernegosiasi dengan AS. Tujuannya adalah untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan bagi Indonesia.

Pemerintah Indonesia akan mencermati perkembangan negosiasi negara lain, seperti Inggris yang dikenakan tarif dasar 10% dan China dengan tarif 30%. Hal ini sebagai bahan pertimbangan dalam negosiasi.

Indonesia akan berupaya memanfaatkan jeda 90 hari ini untuk mendapatkan hasil negosiasi yang optimal. Periode ini menjadi kesempatan untuk memperkuat posisi tawar Indonesia.

Kesimpulannya, penurunan tarif impor antara AS dan China memberikan angin segar bagi perekonomian global, termasuk Indonesia. Namun, sifat sementara kesepakatan ini mengharuskan pemerintah untuk tetap proaktif dalam negosiasi dan antisipatif terhadap potensi perubahan situasi ke depan. Indonesia perlu memanfaatkan waktu 90 hari ini secara efektif untuk mencapai kesepakatan perdagangan yang saling menguntungkan.

Pos terkait