Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian terus berupaya meningkatkan produksi beras nasional. Salah satu langkah strategis yang dijalankan adalah pengembangan lumbung pangan atau food estate. PT Agrinas Pangan Nusantara (Persero) ditunjuk sebagai pengelola utama proyek ambisius ini, dengan target pengelolaan lahan yang sangat luas.
Dalam sebuah peluncuran resmi di Jakarta, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono memaparkan rencana besar pengelolaan lahan food estate oleh Agrinas Pangan. Total lahan yang akan dikelola mencapai angka yang signifikan, dan teknologi modern akan menjadi kunci keberhasilannya.
Target Luas Lahan Food Estate dan Penerapan Teknologi
PT Agrinas Pangan Nusantara (Persero) berambisi mengelola lahan seluas 425.000 hektare (Ha) untuk program food estate pada akhir tahun 2025. Angka ini merupakan gabungan dari lahan yang sudah ada dan lahan baru yang akan dikembangkan.
Awalnya, Agrinas Pangan hanya akan menangani 225.000 Ha di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Sumatera Selatan. Namun, penambahan lahan seluas 200.000 Ha dari cetak sawah baru di Wanam, Merauke, yang ditargetkan rampung tahun ini, menambah total luas lahan yang dikelola.
Wamentan Sudaryono menekankan penggunaan teknologi modern dalam pengelolaan lahan food estate. Penggunaan alat mekanisasi besar-besaran akan menggantikan cara kerja tradisional.
Dengan mekanisasi pertanian, diharapkan efisiensi dan produktivitas meningkat. Proses penanaman, pemeliharaan, dan panen akan jauh lebih cepat dan efektif.
Harapan Peningkatan Produktivitas dan Penurunan Harga Beras
Penggunaan teknologi modern dalam pengelolaan food estate diharapkan mampu meningkatkan produktivitas panen secara signifikan. Sistem irigasi yang baik dan bibit unggul akan mendukung peningkatan hasil produksi.
Efisiensi yang dihasilkan dari penggunaan teknologi diharapkan mampu menekan biaya produksi. Hal ini akan berdampak pada penurunan harga jual beras di pasaran.
Target idealnya adalah beras dengan harga jual berkisar Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per kilogram. Harga yang lebih terjangkau ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Proyek food estate diharapkan mampu mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor beras. Ketersediaan beras dalam negeri yang memadai akan menstabilkan harga dan ketahanan pangan nasional.
Tahap Awal Pengembangan di Sumatera Selatan
Direktur Utama Agrinas Pangan Nusantara, Joao Angelo De Sousa Mota, menjelaskan tahap awal pengembangan food estate akan difokuskan di Batu Raja, Sumatera Selatan. Lahan seluas 11.000 Ha akan dikelola.
Komoditas utama yang akan ditanam adalah padi. Namun, ada kemungkinan penanaman jagung pada lahan yang memiliki kondisi topografi tertentu.
Perencanaan yang matang dan perhitungan yang cermat akan menjadi kunci keberhasilan tahap awal pengembangan ini. Pengalaman ini akan menjadi pembelajaran berharga untuk pengembangan lahan food estate di lokasi lainnya.
Keberhasilan proyek food estate sangat penting bagi ketahanan pangan Indonesia. Dengan pengelolaan lahan yang efektif dan efisien, serta penerapan teknologi modern, diharapkan proyek ini dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Proyek ini bukan hanya sekedar menambah produksi beras, tetapi juga sebagai upaya menciptakan sistem pertanian yang modern, efisien, dan berkelanjutan. Suksesnya proyek ini akan menjadi contoh bagi pengembangan pertanian di daerah lain.
