Taman Mini Indonesia Indah (TMII) akan memindahkan pertunjukan tari kecak ke lokasi baru mulai April 2025. Perubahan ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan penonton dan memperluas aksesibilitas seni budaya Indonesia. Pertunjukan yang sebelumnya digelar di Amphitheater JawaDhipa, kini akan berpindah ke Panggung Budaya Amphitheater yang lebih besar dan modern.
Pindah lokasi pertunjukan tari kecak di TMII bukan tanpa alasan. Peningkatan jumlah penonton yang selalu membludak di lokasi sebelumnya menjadi pertimbangan utama.
Pindah ke Lokasi Baru yang Lebih Memadai
Panggung Budaya Amphitheater, lokasi baru pertunjukan tari kecak, dirancang untuk menampung lebih banyak pengunjung.
Amphitheater JawaDhipa, lokasi sebelumnya, memang memiliki kapasitas yang terbatas.
Oleh karena itu, pembangunan Panggung Budaya Amphitheater diharapkan dapat mengakomodir antusiasme penonton yang tinggi.
Panggung Budaya Amphitheater: Fasilitas dan Akses
Panggung Budaya Amphitheater merupakan panggung terbuka dengan pemandangan indah menghadap Danau Archipelago.
Lokasinya berada di ujung timur Danau Archipelago, mudah diakses menggunakan angkutan keliling (angling) atau jalan kaki menyusuri tepi danau.
Panggung ini dilengkapi tribun setengah lingkaran berkapasitas hingga 1.000 orang.
Bagi pengunjung yang datang melebihi kapasitas tribun, masih ada ruang untuk berdiri di belakang dan tetap dapat menikmati pertunjukan.
Lebih dari Sekedar Tari Kecak
Selain menjadi tempat pertunjukan tari kecak, Panggung Budaya Amphitheater juga direncanakan untuk digunakan sebagai tempat pertunjukan kesenian lainnya.
Hal ini menunjukkan komitmen TMII untuk terus melestarikan dan mempromosikan beragam seni budaya Indonesia.
Ke depannya, pengunjung dapat menantikan beragam pertunjukan seni budaya yang lebih variatif di lokasi ini.
Perpindahan lokasi pertunjukan tari kecak ini menandai babak baru dalam penyajian seni budaya di TMII. Dengan fasilitas yang lebih memadai, diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan pengalaman menikmati pertunjukan bagi para pengunjung. Ini juga merupakan langkah strategis untuk memperkenalkan seni tradisional Indonesia kepada khalayak yang lebih luas dan memberikan ruang yang lebih inklusif bagi seniman dan penonton.
