Museum Dewantara Kirti Griya di Yogyakarta menyimpan sejarah panjang perjuangan Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Bangunan bergaya arsitektur Indis—perpaduan Eropa dan Jawa—ini bukan sekadar museum, melainkan saksi bisu kehidupan dan kiprah sang pahlawan pendidikan. Dulunya, rumah ini adalah kediaman pribadi Ki Hadjar Dewantara, sebuah tempat yang kini menyimpan ribuan artefak berharga yang mencerminkan dedikasinya pada dunia pendidikan Indonesia.
Rumah bersejarah ini terletak di Jalan Tamansiswa No. 25, Wirogunan, Mergangsan, Yogyakarta. Kompleksnya terdiri dari sembilan ruangan, masing-masing menyimpan cerita tersendiri. Arsitektur rumah yang menghadap ke barat, dengan atap limasan di depan dan atap kampung di belakang, menambah daya tarik bangunan bersejarah ini. Rumah ini telah berdiri sejak tahun 1915, lama sebelum menjadi museum yang kita kenal sekarang.
Dari Rumah Pribadi Menjadi Museum Nasional
Sebelum menjadi milik Ki Hadjar Dewantara, rumah ini dimiliki oleh seorang janda penguasa perkebunan Belanda, Mas Ajeng Ramsinah. Ki Hadjar Dewantara, bersama Ki Sudarminto dan Ki Supratolo, membelinya pada 14 Agustus 1934 seharga 3.000 gulden.
Pada 18 Agustus 1951, rumah tersebut dihibahkan kepada Yayasan Persatuan Tamansiswa. Gagasan untuk menjadikan rumah ini sebagai museum muncul dari Ki Hadjar Dewantara sendiri dalam rapat Pamong Tamansiswa tahun 1958. Beliau bahkan merumuskan konsep budaya “TRIKON”, yang mencerminkan kontinuitas, konvergensi, dan konsentrisitas dalam perkembangan budaya.
Setelah Ki Hadjar Dewantara wafat pada 26 April 1959, cita-cita pendirian museum mulai diwujudkan. Pada tahun 1963, dibentuk panitia yang terdiri dari keluarga, sejarawan, dan tokoh-tokoh Tamansiswa. Museum ini akhirnya diresmikan pada 2 Mei 1970, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, oleh Nyi Hadjar Dewantara. Museum ini diberi nama Dewantara Kirti Griya, yang berarti “rumah yang berisi hasil karya Ki Hadjar Dewantara.” Peresmiannya ditandai dengan sengkalan *miyat ngaluhur trusing budi*, ajakan untuk mengamalkan nilai-nilai luhur perjuangan beliau.
Koleksi Berharga: Warisan Ki Hadjar Dewantara
Museum Dewantara Kirti Griya menyimpan lebih dari 3.000 koleksi peninggalan Ki Hadjar Dewantara. Koleksi ini menjadi sumber inspirasi dan pembelajaran bagi generasi muda Indonesia.
Surat-surat Bersejarah
Koleksi surat-surat bersejarah merupakan salah satu bagian terpenting dari museum ini. Salah satu yang paling terkenal adalah surat-surat yang berkaitan dengan penangkapan Tiga Serangkai (Ki Hadjar Dewantara, Douwes Dekker, dan Cipto Mangunkusumo) pada tahun 1931. Dokumen-dokumen ini memberikan gambaran mengenai perjuangan Ki Hadjar Dewantara dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Koleksi Lainnya
Selain surat-surat, museum juga menyimpan berbagai benda-benda pribadi Ki Hadjar Dewantara, seperti foto-foto keluarga, buku-buku, dan perabot rumah tangga. Koleksi ini memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kehidupan pribadi dan perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Koleksi-koleksi ini mencerminkan pemikiran, aktivitas, dan kehidupan beliau.
Makna Museum Dewantara Kirti Griya bagi Indonesia
Museum Dewantara Kirti Griya bukan sekadar tempat penyimpanan benda-benda bersejarah. Museum ini merupakan tempat pembelajaran dan penghormatan bagi jasa Ki Hadjar Dewantara. Museum ini mengajak kita untuk merenungkan nilai-nilai luhur yang dianut oleh Ki Hadjar Dewantara dalam memperjuangkan pendidikan di Indonesia. Bangunan, koleksi, dan sejarahnya merupakan warisan berharga yang patut dilestarikan dan dipelajari oleh generasi penerus bangsa. Lebih dari sekadar museum, Dewantara Kirti Griya menjadi simbol semangat pendidikan dan perjuangan yang tak lekang oleh waktu.
									
													




