Transformasi Korea Selatan: Dari Kemiskinan ke Kekayaan Chaebol?

Lima puluh tahun lalu, Korea Selatan merupakan salah satu negara termiskin di dunia. Bayangan kemajuan pesat seperti saat ini, dengan perusahaan teknologi ternama dan budaya K-Pop yang mendunia, tentu mustahil terbayangkan.

Dari Negara Miskin Menjadi Negara Maju dalam 50 Tahun

Perjalanan Korea Selatan menuju kemajuan ekonomi yang signifikan dalam waktu relatif singkat patut dikaji. Setelah Perang Korea (1950-1953), negara ini mengalami kehancuran luar biasa.

Bacaan Lainnya

Angka harapan hidup merosot di bawah 50 tahun. Juga, jutaan warga sipil menjadi korban.

PDB per kapita pada 1955 hanya USD 64. Kini, angka tersebut telah meningkat ratusan kali lipat, mencapai USD 37.67 ribu pada 2025 (berdasarkan data IMF).

Peran Penting Park Chung-hee dan Konglomerat Chaebol

Presiden Park Chung-hee, seorang diktator militer yang kontroversial, memainkan peran penting dalam transformasi ekonomi Korea Selatan. Walau kepemimpinannya penuh kontroversi, banyak yang memujinya atas kontribusinya dalam memajukan negara.

Keberhasilan Park tak lepas dari kerja sama dengan chaebol. Kelompok konglomerat keluarga ini, termasuk Samsung, LG, dan Hyundai, awalnya berbisnis di sektor yang jauh berbeda dari teknologi canggih saat ini.

Park menerapkan kebijakan pinjaman lunak, subsidi, dan pemotongan pajak. Ia juga mengatur perizinan untuk mendorong pertumbuhan chaebol.

Pada 1960-an, fokus pembangunan diarahkan pada konstruksi, industri berat dan kimia. Chaebol pun didanai untuk mengembangkan sektor-sektor tersebut.

Awalnya, ekspor Korea Selatan terbatas pada produk sederhana seperti pakaian, sepatu, dan rambut palsu. Perusahaan besar baru menunjukkan kemajuan signifikan pada paruh kedua 1970-an.

Kerjasama Internasional dan Strategi Ekspor

Kerja sama dengan perusahaan Amerika dan Jepang menjadi kunci keberhasilan. Samsung mulai mengekspor elektronik, sementara Hyundai memproduksi mobil pertamanya pada 1975.

Pemerintah juga secara aktif mengirim pekerja ke luar negeri untuk mendapatkan devisa. Hal ini termasuk mengirim perawat wanita ke Jerman Barat.

Diplomasi Cerdas dan Pengorbanan Nasional

Normalisasi hubungan diplomatik dengan Jepang pada 1965 memberikan suntikan dana signifikan bagi Korea Selatan. Jepang memberikan hibah dan pinjaman dalam jumlah besar.

Pengiriman pasukan ke Perang Vietnam juga memberikan keuntungan finansial yang besar dari Amerika Serikat. Bantuan finansial dan militer membanjiri Korea Selatan.

Meskipun Park Chung-hee dibunuh pada 1979, warisan pembangunan ekonomi yang dirintisnya tetap terasa. PDB per kapita telah melesat hampir 20 kali lipat selama masa pemerintahannya.

Budaya Kolektif dan Dedikasi Nasional

Budaya kolektif yang kuat di Korea Selatan menjadi faktor penting. Prioritas kepentingan negara di atas kepentingan pribadi menjadi norma sosial.

Hal ini terlihat saat krisis keuangan Asia pada akhir 1990-an. Masyarakat Korea Selatan rela menyumbangkan emas mereka demi menyelamatkan perekonomian negara.

Kemajuan Korea Selatan menjadi contoh luar biasa transformasi ekonomi. Perpaduan kebijakan pemerintah yang tepat, peran konglomerat, kerjasama internasional, dan semangat kebersamaan masyarakat menjadi kunci keberhasilannya. Kisah ini menawarkan pelajaran berharga tentang bagaimana sebuah negara dapat bangkit dari keterpurukan dan mencapai kemajuan pesat dalam waktu singkat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *