China Membatasi Ekspor Tanah Jarang ke Korea Selatan: Dampak Global dan Upaya AS untuk Mengatasi Ketergantungan
Latar Belakang: Penguasaan China atas Pasokan Tanah Jarang
China menguasai mayoritas pasokan mineral tanah jarang dunia. Tanah jarang krusial bagi berbagai industri, termasuk pertahanan dan transportasi.
Ketergantungan global pada pasokan tanah jarang dari China menjadi isu strategis. Ini terutama karena peran vital mineral ini dalam teknologi modern.
Perang Dagang dan Pembatasan Ekspor
Ketegangan perang dagang antara AS dan China berdampak pada akses global terhadap tanah jarang. China telah membatasi ekspor mineral ini sebagai bentuk balasan.
Pembatasan ini kini meluas ke Korea Selatan. Kementerian Perdagangan China secara resmi meminta beberapa perusahaan Korea Selatan untuk menghentikan ekspor produk yang mengandung tanah jarang ke AS.
Dampak Pembatasan terhadap Korea Selatan dan Industri Global
Pembatasan ekspor dari China berdampak signifikan pada Korea Selatan. Perusahaan-perusahaan di Korea Selatan yang terdampak belum dipublikasikan secara spesifik.
Namun, produk yang berpotensi terkena dampak meliputi baterai, kendaraan listrik, peralatan medis, dan komponen penerbangan. Ini merupakan pukulan bagi industri-industri tersebut di Korea Selatan.
Alternatif Terbatas dan Kerentanan Global
Kontrol ekspor yang dilakukan China menyoroti kerentanan global terhadap monopoli pasokan tanah jarang. Dunia memiliki sedikit alternatif untuk memenuhi kebutuhan tanah jarang.
Situasi ini meningkatkan tekanan pada negara-negara untuk mengurangi ketergantungan mereka pada China. Diversifikasi rantai pasokan menjadi semakin penting.
Upaya AS untuk Mengurangi Ketergantungan pada China
Amerika Serikat berupaya mengurangi ketergantungannya pada China untuk pasokan tanah jarang. Sejak 2020, Departemen Pertahanan AS telah menggelontorkan dana lebih dari USD 439 juta untuk membangun rantai pasokan domestik.
Namun, membangun rantai pasokan domestik tanah jarang memerlukan waktu dan investasi besar. Para ahli menilai AS masih belum mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dalam waktu dekat.
Tantangan dan Prospek Masa Depan
Luisa Moreno, direktur di Defense Metals Corp., menyatakan bahwa AS hampir tidak memproduksi bahan-bahan yang baru saja dibatasi oleh China. China masih menjadi pemain dominan dan sulit digantikan sepenuhnya.
Ke depan, diversifikasi pasokan tanah jarang dan pengembangan teknologi pengganti menjadi kunci untuk mengurangi kerentanan global terhadap monopoli China. Kerjasama internasional juga sangat diperlukan.
Penting bagi negara-negara untuk meningkatkan kolaborasi guna mengurangi ketergantungan pada satu pemasok tunggal dan memastikan keamanan pasokan mineral tanah jarang di masa depan. Inovasi teknologi juga akan menjadi faktor penting dalam mengurangi ketergantungan ini.




