Pembangunan pabrik raksasa kendaraan listrik BYD di Indonesia tengah menjadi sorotan. Investasi senilai US$ 1 miliar ini diproyeksikan mampu memproduksi 150.000 unit kendaraan per tahun mulai awal 2026. Namun, kabar gangguan dari organisasi masyarakat (ormas) dan aksi premanisme mengancam kelancaran proyek strategis ini.
Ancaman tersebut menimbulkan kekhawatiran akan dampak negatif terhadap iklim investasi di Indonesia, khususnya di sektor otomotif. Potensi kerugian ekonomi dan hilangnya lapangan kerja menjadi risiko nyata jika masalah ini tidak ditangani secara serius.
Ancaman Premanisme terhadap Investasi BYD
Gangguan ormas dan aksi premanisme selama pembangunan pabrik BYD di Subang, Jawa Barat, telah dikonfirmasi oleh Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno. Informasi ini ia peroleh saat kunjungan ke Shenzhen, China.
Eddy Soeparno menekankan pentingnya tindakan tegas pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Ketegasan tersebut krusial untuk memberikan jaminan keamanan dan kepastian hukum bagi investor asing.
Dampak Negatif terhadap Iklim Investasi Indonesia
Yannes Pasaribu, pengamat otomotif dari ITB, menjelaskan bahwa lingkungan usaha yang tidak kondusif akibat premanisme dapat menghambat investasi. Hal ini berdampak pada penundaan proyek, peningkatan biaya, dan kerugian ekonomi jangka panjang.
Kejadian ini dapat berdampak buruk terhadap citra Indonesia di mata investor global. BYD, sebagai salah satu produsen kendaraan listrik terbesar dunia, memegang peran penting dalam perkembangan ekosistem kendaraan listrik (EV) di Indonesia.
Ketidakpastian keamanan investasi dapat membuat investor asing ragu untuk menanamkan modal di Indonesia. Reputasi Indonesia sebagai negara yang ramah investasi pun terancam.
Perlu Tindakan Tegas Pemerintah untuk Menciptakan Iklim Investasi Kondusif
Pemerintah perlu mengambil langkah konkret untuk menjamin keamanan investasi asing. Ketegasan dalam menangani aksi premanisme dan gangguan ormas sangat penting untuk menjaga kepercayaan investor.
Langkah-langkah tersebut meliputi penegakan hukum yang tegas dan konsisten terhadap pelaku premanisme. Selain itu, perlu adanya jaminan keamanan yang kuat bagi investor yang berinvestasi di Indonesia.
Keberadaan pabrik BYD memiliki arti penting bagi perkembangan industri otomotif dan ekonomi Indonesia. Kegagalan proyek ini akan berdampak luas terhadap perekonomian nasional.
DetikOto telah berupaya menghubungi pihak BYD Motor Indonesia untuk konfirmasi, namun hingga saat ini belum mendapatkan respons.
Kejadian ini menjadi pengingat penting bagi pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan aman. Hal ini tidak hanya akan menarik investasi asing, tetapi juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.
Keberhasilan menarik dan mempertahankan investasi asing sangat penting untuk menunjang pembangunan ekonomi Indonesia dan memperkuat posisi negara dalam rantai pasok global industri EV.
