Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengusulkan program “Manggarai Bershalawat” untuk meredam konflik sosial di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan. Program ini muncul sebagai respons atas maraknya tawuran antarwarga.
Namun, warga Manggarai sendiri memiliki pandangan beragam terhadap inisiatif ini. Mereka menyoroti pentingnya pendekatan yang lebih komprehensif selain aspek keagamaan.
Pendapat Warga Manggarai: Silaturahmi, Bukan Pengucilan
Salah satu warga, Fajar (39), menekankan pentingnya pendekatan yang lebih inklusif terhadap anak muda yang terlibat dalam tawuran.
Ia berpendapat anak-anak nakal tersebut tidak boleh dijauhi, melainkan diajak silaturahmi antar kampung untuk membangun rasa persatuan.
Fajar menilai program “Manggarai Bershalawat” bisa menjadi langkah awal, namun perlu diiringi pendekatan lain yang lebih efektif.
Ia menyarankan agar RT, LMK, dan Karang Taruna di setiap wilayah meningkatkan komunikasi dan sinergi antar RW untuk membangun hubungan yang lebih harmonis.
Pengajian gabungan, menurut Fajar, belum cukup efektif karena hanya sebagian kecil anak muda yang berpartisipasi.
Pendekatan yang lebih personal dan mendalam diperlukan untuk menjangkau anak muda dan mencegah terjadinya tawuran.
Program “Manggarai Bershalawat”: Pendekatan Kultural dan Keagamaan
Gubernur Pramono Anung menjelaskan program “Manggarai Bershalawat” akan menggunakan pendekatan kultural dan keagamaan.
Ia berpendapat penyelesaian konflik tidak bisa hanya mengandalkan cara-cara represif.
Program ini akan melibatkan kelompok-kelompok yang terlibat konflik dalam kegiatan keagamaan untuk membangun persatuan dan kedamaian.
Pramono juga mengakui kurangnya lapangan pekerjaan dan fasilitas olahraga sebagai pemicu konflik di wilayah tersebut.
Tantangan dan Harapan: Peran Provokator dan Partisipasi Warga
Donal (60), warga Manggarai lainnya, mendukung ide pengajian gabungan dengan penceramah dan dialog antar warga.
Namun, ia menambahkan efektivitas program tersebut sangat bergantung pada penangkapan para provokator tawuran.
Tanpa penangkapan provokator, pengajian gabungan dinilai kurang efektif untuk mencegah tawuran.
Baik Fajar maupun Donal menekankan pentingnya pendekatan yang komprehensif dan partisipasi aktif dari seluruh warga Manggarai.
Suksesnya program ini bergantung pada kemampuan untuk melibatkan semua pihak dan menciptakan lingkungan yang kondusif.
Program “Manggarai Bershalawat” diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah sosial di kawasan Manggarai.
Namun, keberhasilannya membutuhkan kerja sama yang solid dari pemerintah, tokoh masyarakat, dan warga Manggarai itu sendiri.
Keberhasilan program ini akan menjadi contoh bagi upaya penyelesaian konflik sosial di wilayah lain di Jakarta dan Indonesia.
Secara keseluruhan, usulan program “Manggarai Bershalawat” menunjukan sebuah upaya inovatif dalam menyelesaikan konflik sosial. Namun, keberhasilannya bergantung pada penerapan strategi yang holistik dan keterlibatan aktif dari seluruh pemangku kepentingan. Sukses program ini tidak hanya akan membawa kedamaian di Manggarai, tetapi juga dapat menjadi model penyelesaian konflik berbasis kearifan lokal di daerah lain.





