Raksasa ritel Alfamart, di bawah naungan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT), telah mengakuisisi 70% saham jaringan minimarket Lawson dari PT Midi Utama Indonesia Tbk. (Alfamidi) dengan nilai transaksi mencapai Rp 200,4 miliar. Akuisisi ini menarik perhatian publik, terutama karena sosok di balik kesuksesan Alfamart, Djoko Susanto.
Djoko Susanto, pendiri dan pemilik Alfamart, merupakan salah satu tokoh terkaya di Indonesia. Kesuksesannya membangun imperium ritel ini menarik untuk diulas lebih lanjut, dari awal hingga menjadi salah satu pemain utama di industri minimarket Tanah Air.
Djoko Susanto: Dari Pasar Arjuna hingga Puncak Kesuksesan
Kisah Djoko Susanto bukanlah dongeng instan. Ia memulai perjalanan bisnisnya dari bawah, mengawali karier dengan menjaga kios keluarga di Pasar Arjuna, Jakarta.
Pendidikan formalnya hanya sampai tingkat dasar. Namun, semangat bisnisnya membara. Di usia 17 tahun, ia telah mengelola warung-warung makanan dan kelontong.
Usaha kerasnya membuahkan hasil. Ia berhasil membangun hingga 560 gerai di berbagai pasar tradisional. Namun, sebuah kebakaran pada tahun 1976 nyaris merenggut semuanya, membakar habis 80-90% modalnya.
Kejadian ini tak mematahkan semangatnya. Djoko bangkit dan memulai lagi, kali ini dengan fokus berjualan rokok, produk yang selalu memiliki pasar.
Kolaborasi dan Ekspansi Bisnis
Keberhasilannya menarik perhatian Putera Sampoerna, taipan bisnis rokok terkemuka saat itu. Kolaborasi keduanya dimulai pada tahun 1985, menghasilkan 15 kios rokok di Jakarta.
Kerja sama ini menjadi batu loncatan menuju kesuksesan lebih besar. Setelah Putera Sampoerna menjual bisnis rokoknya ke Philip Morris, Djoko fokus mengembangkan bisnis ritelnya.
Ia membangun Alfamart yang kini menjadi salah satu jaringan minimarket terbesar di Indonesia. Perusahaan ini kini berada di bawah kepemimpinan generasi penerus, anak-anak Djoko Susanto.
Akuisisi Lawson dan Strategi Alfamart
Akuisisi 70% saham Lawson oleh Alfamart menandai langkah strategis perusahaan untuk memperluas jangkauan dan portofolio bisnisnya.
Transaksi senilai Rp 200,4 miliar ini melibatkan pembelian 1,48 miliar saham Lawson dengan harga Rp 135 per saham. Alfamidi, sebagai pihak penjual, akan menggunakan dana hasil penjualan untuk mendukung operasional dan belanja modal.
Langkah ini menunjukkan ambisi Alfamart untuk terus berkembang dan bersaing di pasar ritel yang kompetitif. Pengalaman Djoko Susanto dalam membangun Alfamart dari nol menjadi kunci keberhasilan perusahaan hingga saat ini.
Dengan kekayaan yang mencapai miliaran dolar, Djoko Susanto menjadi contoh nyata bahwa kesuksesan bisa diraih melalui kerja keras dan kejelian melihat peluang. Kisah hidupnya menginspirasi dan menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan bukan satu-satunya penentu kesuksesan.
Akuisisi Lawson merupakan bukti komitmen Alfamart untuk terus berinovasi dan memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar. Langkah ini juga menunjukkan kepercayaan Alfamart terhadap potensi pertumbuhan bisnis minimarket di Indonesia. Masa depan Alfamart, di bawah kepemimpinan generasi penerus, patut dinantikan.
									
													




