PT Astra International Tbk (ASII) membukukan pendapatan signifikan dari sektor otomotif pada tahun 2024, mencapai Rp 133 triliun atau 40,2 persen dari total pendapatan grup. Meskipun pasar otomotif nasional mengalami pelemahan dan beberapa produsen mengalami perlambatan, sektor ini berhasil mencatatkan kenaikan 3,74 persen secara tahunan (yoy). Prestasi ini menandai kinerja positif Astra International selama tiga tahun berturut-turut.
Keberhasilan ini terutama ditopang oleh kinerja PT Toyota Astra Motor (TAM). TAM menorehkan pendapatan Rp 1,13 triliun pada tahun 2024, meningkat tajam dibandingkan tahun 2023 yang hanya mencapai Rp 687 miliar. Pertumbuhan ini menunjukkan dominasi TAM di pasar otomotif Indonesia dan kontribusinya yang besar terhadap pendapatan grup Astra.
Namun, tidak semua anak perusahaan Astra mengalami pertumbuhan yang serupa. Beberapa Agen Pemegang Merek (APM) justru mencatatkan penurunan pendapatan. PT Astra Daihatsu Motor (ADM), misalnya, mengalami penurunan pendapatan dari Rp 3,19 triliun pada tahun 2023 menjadi Rp 2,73 triliun pada tahun 2024. Penurunan serupa juga dialami oleh PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI), dengan pendapatan turun dari Rp 511 miliar pada tahun 2023 menjadi Rp 395 miliar pada tahun 2024.
PT Astra Honda Motor (AHM), meskipun tetap menjadi penopang utama pendapatan Astra di sektor otomotif, juga mengalami sedikit perlambatan. Pendapatan AHM pada tahun 2024 tercatat sebesar Rp 4,47 triliun, sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2023 yang mencapai Rp 4,51 triliun. Meskipun demikian, penjualan motor Honda tetap menjadi kontributor utama pendapatan Astra sepanjang tahun 2024.
Boy Kelana Soebroto, Head of Corporate Communications Astra, menjelaskan bahwa Astra telah berusia 68 tahun dan konsisten meningkatkan pertumbuhan sebesar 4 persen selama tiga tahun terakhir meskipun menghadapi tantangan pasar. Ia juga optimistis bahwa momentum libur Lebaran akan mendorong peningkatan permintaan dan memberikan solusi mobilitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Menariknya, meskipun beberapa APM mengalami penurunan, pangsa pasar mobil Grup Astra pada Februari 2025 tetap tinggi, mencapai 54 persen. Ini menunjukkan kekuatan merek dan jaringan distribusi Astra di pasar Indonesia. Keberhasilan ini juga dapat dikaitkan dengan strategi Astra dalam beradaptasi dengan perubahan tren pasar dan kebutuhan konsumen, serta kemampuannya dalam mengelola portofolio produk yang beragam.
Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami secara mendalam faktor-faktor yang menyebabkan penurunan pendapatan pada beberapa APM. Studi mengenai tren pasar, persaingan, dan strategi pemasaran masing-masing APM dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif. Perlu juga dipertimbangkan dampak faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi makro terhadap kinerja sektor otomotif secara keseluruhan.
Ke depan, Astra perlu terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan tren pasar yang dinamis. Investasi dalam riset dan pengembangan, serta peningkatan efisiensi operasional, akan menjadi kunci keberhasilan Astra dalam mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar otomotif di Indonesia. Penting juga bagi Astra untuk terus memperhatikan keberlanjutan dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan berdampak positif bagi masyarakat.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Astra International di Tahun 2024
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kesimpulannya, meskipun menghadapi tantangan pasar yang cukup signifikan, Astra International berhasil mempertahankan kinerja positifnya di tahun 2024. Keberhasilan ini merupakan hasil dari kombinasi strategi yang tepat, portofolio produk yang beragam, dan kekuatan merek yang kuat. Namun, perusahaan perlu tetap waspada terhadap perubahan pasar dan terus berinovasi untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan di masa mendatang.
