Ketegangan di Jalur Gaza kembali meningkat tajam. Hamas, kelompok yang menguasai wilayah tersebut, secara tegas menolak tawaran gencatan senjata terbaru dari Israel. Pernyataan ini muncul di tengah operasi militer Israel yang terus meluas dan menimbulkan krisis kemanusiaan yang mengerikan bagi penduduk Gaza.
Situasi ini menandai babak baru dalam konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Tuntutan Hamas untuk diakhirinya “perang kelaparan” yang mereka tuduhkan kepada Israel, semakin memperumit upaya perdamaian.
Hamas Tolak Gencatan Senjata, Tuding Israel Lakukan “Perang Kelaparan”
Seorang pejabat senior Hamas, Basem Naim, menyatakan penolakan tegas terhadap negosiasi gencatan senjata. Naim, yang juga merupakan anggota biro politik Hamas dan mantan Menteri Kesehatan Gaza, menekankan bahwa perundingan tidak akan berarti selama serangan dan blokade Israel terus berlangsung.
Naim, dalam pernyataannya kepada AFP pada Selasa (6/5/2026), mendesak komunitas internasional untuk menekan pemerintah Israel agar mengakhiri apa yang disebutnya sebagai “kejahatan kelaparan, kehausan, dan pembunuhan” di Jalur Gaza.
Pernyataan ini dikeluarkan sehari setelah militer Israel mengumumkan perluasan operasi militer mereka. Rencana tersebut mencakup “penaklukan” dan penggusuran sebagian besar penduduk Gaza, menurut pernyataan resmi militer Israel.
Israel Perluas Operasi Militer, Ancam “Penaklukan” Gaza
Kabinet keamanan Israel, pada Senin (5/5/2026), menyetujui rencana militer yang ambisius. Rencana tersebut, menurut seorang pejabat Tel Aviv, akan mencakup “penaklukan Jalur Gaza dan penguasaan atas wilayah tersebut”.
Keputusan ini menimbulkan kecaman internasional yang meluas. Banyak pihak mengecam rencana tersebut sebagai pelanggaran hukum kemanusiaan internasional dan potensi bencana kemanusiaan bagi penduduk Gaza.
Perluasan operasi militer ini terjadi setelah gencatan senjata selama dua bulan berakhir pada 18 Maret 2026. Serangan militer Israel kembali dilancarkan, memicu krisis kemanusiaan yang semakin parah di Gaza.
Krisis Kemanusiaan di Gaza dan Kecaman Internasional
Blokade total Israel terhadap Gaza sejak 2 Maret 2026 telah memperparah kondisi kemanusiaan. Hampir seluruh penduduk Gaza telah mengungsi, banyak di antaranya telah mengungsi berkali-kali sejak dimulainya perang pada Oktober 2023.
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, menyatakan keprihatinannya yang mendalam. Ia menyebut rencana Israel memperluas serangan di Jalur Gaza sebagai “tidak dapat diterima” dan menuduh pemerintah Tel Aviv melanggar hukum kemanusiaan.
Kecaman internasional terhadap tindakan Israel terus berdatangan. Banyak negara dan organisasi internasional mendesak penghentian segera kekerasan dan penyediaan bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza yang menderita.
Krisis kemanusiaan ini membutuhkan respons internasional yang cepat dan efektif. Bantuan kemanusiaan yang memadai dan tekanan internasional terhadap Israel sangat dibutuhkan untuk meredakan situasi yang semakin memburuk di Jalur Gaza.
Ketegangan yang terus meningkat di Jalur Gaza menyoroti urgensi penyelesaian konflik secara damai dan adil. Perlu upaya kolektif dari komunitas internasional untuk mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar dan mencari solusi jangka panjang yang menjamin keselamatan dan kesejahteraan penduduk Gaza.