Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok berdampak signifikan terhadap Tesla, perusahaan milik Elon Musk. Tarif impor yang diberlakukan oleh AS dan Tiongkok saling berbalasan, mengakibatkan kerugian bagi produsen mobil listrik ini.
Dampak Perang Dagang terhadap Tesla
Akibat tarif impor hingga 125% yang dikenakan Tiongkok, Tesla terpaksa menarik dua model mobilnya, Model S dan Model X, dari pasar Tiongkok. Kedua model ini diproduksi di California dan diekspor ke seluruh dunia.
Penjualan Model S dan Model X di Tiongkok kini hanya mengandalkan stok yang ada. Tesla tidak lagi menerima pesanan baru untuk kedua model tersebut.
Strategi Tesla Menghadapi Tantangan
Meskipun menghadapi hambatan ekspor, Tesla tidak sepenuhnya bergantung pada pasar Tiongkok. Sebagian besar penjualan Tesla di Tiongkok berasal dari Model 3 dan Model Y yang diproduksi di pabrik Tesla Shanghai.
Model S dan Model X yang diproduksi di California, memang hanya menyumbang sebagian kecil dari total penjualan Tesla di Tiongkok. Hal ini mengurangi dampak negatif perang dagang terhadap bisnis Tesla secara keseluruhan.
Hubungan Elon Musk dan Donald Trump
Elon Musk, yang diketahui memiliki hubungan dekat dengan Donald Trump, turut merasakan imbas perang dagang yang dipicu oleh kebijakan Trump. Keputusan Trump untuk mengenakan tarif impor berdampak luas, termasuk terhadap Tesla.
Meskipun Trump kemudian mencabut sebagian tarif impor, namun tarif terhadap Tiongkok tetap diberlakukan. Hal ini menyebabkan Tiongkok merespon dengan mengenakan tarif balasan.
Analisis Pasar dan Prospek Tesla
Model S dan Model X yang terkena dampak tarif impor, merupakan model yang sudah lama di pasaran. Khususnya Model S yang telah dipasarkan sejak 2012 tanpa banyak perubahan signifikan.
Tesla lebih berfokus pada Model 3 dan Model Y yang penjualannya jauh lebih tinggi. Dengan produksi lokal di Tiongkok, Tesla berhasil meminimalkan dampak negatif perang dagang.
Secara keseluruhan, dampak perang dagang AS-Tiongkok terhadap Tesla relatif minimal berkat strategi produksi dan penjualan yang terfokus pada pasar lokal Tiongkok. Meskipun demikian, kebijakan proteksionis tetap menjadi risiko bagi perusahaan manufaktur global seperti Tesla.




